Minggu, 19 Januari 2014

Analisis Penerapan Sistem Akuntansi Penjualan Kredit dan Piutang Sebagai Alat Pengendalian Intern (Studi Kasus Access Distribution)



PROPOSAL SKRIPSI
"Analisis Penerapan Sistem Akuntansi Penjualan Kredit dan Piutang Sebagai Alat Pengendalian Intern (Studi Kasus Access Distribution)"

 
                                                          
                                 Nama                 : Susi Lona Agustina
                                 N.P.M                  : 26210757
                                 Kelas                  : 4EB10
                                 Jurusan / Jenjang   : Akuntansi / S1

 


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2013






1. Latar Belakang Masalah
         Era globalisasi pada dewasa ini mengalami banyak perubahan. Hal ini dapat dilihat dari tingginya tingkat persaingan suatu bisnis atau suatu pasar. Berbagai upaya dilakukan perusahaan untuk tetap mempertahankan usahanya dan untuk tetap bisa bersaing secara sehat di tengah-tengah persaingan pasar yang semakin ketat.
         Di dalam mempertahankan usahanya, perusahaan mempunyai cara dengan meningkatkan penjualan baik penjualan secara tunai maupun kredit. Di samping itu, perusahaan juga perlu untuk melakukan pengawasan agar mengetahui tingkat kepatuhan dan pelaksanaan tugas yang dijalankan.
           Salah satu   sumber  penerimaan kas suatu perusahan  adalah   piutang sebagai  salah satu cara penerimaan kas selain dengan cara tunai. piutang harus di kelola dengan baik karena merupakan jaminan kelangsungan  hidup bagi  perusahan .  Setiap perusahan yang menjalankan usahanya dengan cara penjualan kredit  akan menjumpai kendala  dimana ditemukan beberapa customer yang tidak memenuhi kewajibnnya untuk membayar  seluruh hutangnya.
            Pengendalian intern sangatlah dibutuhkan dalam sistem akuntansi penjualan krdit dan piutang karena untuk mengurangi tingkat resiko kerugian yang akan dialami oleh perusahaan. Sistem pengendalian intern yang memadai seperti  struktur organisasi   yang memisahkan fungsional secara jelas , sistem prosedur dan pendelegasian wewenang untuk setiap bagian, praktek yang sehat dan pegawai yang cakap  seluruhnya  dapat terwujud apabila  sistem akuntansi penjualan didukung  dengan sistem pengendalian  intern  dapat dijalankan dengan baik sehingga dapat memperkecil resiko kerugian perusahaan.
            Dari uraian tersebut di atas  penulis mencoba  untuk mendalami dan membahas topik tersebut dengan judul      Analisis Penerapan Sistem Akuntansi Penjualan Kredit Dan Piutang Sebagai Alat Pengendalian Intern (Studi Kasus Access Distribution)”

2. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
a.       Rumusan Masalah
              Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, penulis akan merumuskan masalah – masalah yang akan dibahas tuntas sebagai berikut :
1.      Bagaimana sistem akuntansi penjualan kredit dan piutang yang diterapkan pada Access Distribution?
2.      Apakah penerapan sistem akuntansi penjualan kredit dan piutang  menunjang pelaksanaan pengendalian intern?

b. Batasan Masalah
            Agar batasan masalah tidak terlalu luas  maka penulis membatasi  masalah   sebagai berikut  :
1.      Sistem Akuntansi
2.       Penjualan Kredit
3.      Piutang
4.      Pengendalian Intern

3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui sistem akuntansi penjualan kredit dan piutang yang diterapkan pada Access Distribution.
2.      Untuk mengetahui seberapa efektif sistem akuntansi penjualan kredit dan piutang bagi pengendalian intern.

4. Tinjauan Pustaka
4.1  Tinjauan Umum Tentang Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
4.1.1        Definisi Sistem Informasi Akuntansi
Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem, saling berhubungan yang memiliki fungsi  dengan tujuan yang sama.
Informasi adalah keterangan/data yang dibutuhkan oleh suatu organisasi dimana data/keterangan tersebut diolah sehingga berguna bagi penerima dan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan baik untuk keputusan saat ini maupun keputusan yang akan datang.
Akuntansi adalah suatu seni yang terdapat pencatatan transaksi, penggolongan, peringkasan, pengevaluasian, dan penginterpretasian kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Sistem akuntansi adalah organisasi, formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan. (Mulyadi, 2001 : 3)
Sedangkan menurut (Zaki Baridwan, 1998 : 4), sistem informasi akuntansi adalah organisasi, formulir, catatan, prosedur, maupun laporan  yang dikoordinasikan untuk menyediakan informasi keuangan bagi pihak yang membutuhkan informasi tersebut.

4.1.2        Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi
Sistem Informasi Akuntansi memiliki sebuah tujuan di dalam pengembangan nya antara lain :
1.        Untuk menyediakan informasi yang lebih akurat dan tepat waktu
2.        Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang ada
3.        Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern
4.        Untuk membantu meningkatkan kualitas keputusan

4.2  Tinjauan Umum Tentang Sistem Pengendalian Intern
4.2.1        Definisi Sistem Pengendalian Intern
Standar Auditing Seksi 319 Pertimbangan atas Pengendalian Intern dalam Audit Laporan Keuangan paragraph 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:
1.         Keandalan pelaporan keuangan
2.         Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3.      Efektivitas dan efisiensi operasi
Sedangkan menurut Baridwan (1998 : 13), sistem pengendalian intern itu adalah “Meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi dan membantu menjaga dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkanlebih dahulu”

4.2.2        Tujuan   Sistem Pengendalian Intern
Tujuan pengendalian intern adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian tiga golongan tujuan (Mulyadi, 2002):
1.  Keandalan informasi keuangan
2.  Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3.  Efektivitas dan efisiensi operasi.
Karena tidak semua tujuan pengendalian intern tersebut relevan dengan audit atas laporan keuangan, tanggung jawab auditor dalam mematuhi standar pekerjaan lapangan kedua yang berbunyi:
”Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan”.
Oleh karena itu, auditor berkewajiban untuk memahami pengendalian intern yang ditujukan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.

4.2.3        Unsur-Unsur  Sistem Pengendalian Intern
Unsur pokok dalam sistem pengendalian intern menurut Mulyadi (2001 : 165) meliputi :
1.    Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
              Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan.
2.    Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya.
Dalam sebuah organisasi, setiap transaksi yang terjadi harus berdasarkan otorisasi pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, suatu organisasi harus dibuat suatu sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Selanjutnya, prosedur pencatatan yang baik akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya suatu organisasi.
3.    Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan praktik yang sehat.

4.2.4        Keterbatasan Pengendalian Intern Suatu Entitas
Pengendalian intern suatu perusahaan memiliki keterbatasan bawaan yang
melekat, Mulyadi (2002):
1. Kesalahan dalam pertimbangan
Seringkali manajemen dan personel lain, dapat melakukan kesalahan dalam melakukan pertimbangan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin, karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain.
2.  Gangguan lain dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi
Karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan. Perubahan yang bersifat sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan.
3. Kolusi
Tindakan yang dilakukan bersama-sama oleh beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan kolusi. Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian intern yang dirancang.
4.    Pengabaian oleh manajemen.
Manajemen dapat mengabaikan kebijakan yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu. Contohnya di sini manajemen melaporkan laba yang lebih tinggi dari jumlah yang sebenarnya untuk mendapatkan bonus yang lebih tinggi bagi dirinya, atau untuk menutupi ketidak patuhannya terhadap peraturan yang berlaku.
5.    Biaya lawan manfaat.
Biaya diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian intern yang tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut. Karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin dilakukan, manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat pengendalian intern. Oleh karena itu, walaupun pengendalian untuk suatu hal diperlukan namun, kadang-kadang tidak diterapkan oleh perusahaan karena biaya penyelenggaraan atau pengorbanan tidak sepadan dengan manfaatnya.

4.3  Tinjauan Umum Tentang Penjualan
4.3.1        Definisi Penjualan
           Menurut Ikatan Akuntan Indonesia  dalam bukunya   Standar Akutansi Keuangan  ( 1994 : 232 )  adalah :  “ Penjualan biasanya menyangkut pelaksanaan tugas yang   secara kontektual telah disepakati untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu yang telah disepakati bersama oleh perusahaan
                      Adapun pengertian penjualan menurut Zaki Baridwan adalah : “Penjualan merupakan terjadinya suatu pertukaran barang atau jasa dengan uang sebesar nilai kegunaan yang diberikan dari barang atau jasa yang dilakukan produsen dengan konsumen”

4.3.2        Jenis-Jenis Penjualan
Dari segi kegiataannya, penjualan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1.    Penjualan Tunai
Penjualan tunai adalah penjualan yang dilakukan oleh produsen dalam menjual barang dan jasa yang dihasilkan kepada konsumen dimana pada saat itu juga konsumen langsung membayar sesuai dengan harga yang telah disepakati.
2.    Penjualan Kredit
Penjualan kredit adalah penjualan yang dilakukan oleh produsen dimana barang atau jasa sudah diterima terlebih dahulu oleh konsumen dan pembayaran dilakukan di kemudian hari.

4.4  Tinjauan Umum Tentang Piutang
4.4.1        Definisi Piutang
Dalam usaha untuk meningkatkan atau memperbesar volume tingkat penjualan, perusahaan lebih banyak menual produknya secara kredit. Meskipun penjualan ini tidak langsung menambah penerimaan kas namun biasanya harga barang maupun jasa lebih mahal dibandingkan dengan penjualan secara tunai.
Menurut Bodnar dan Hopwood (1996 : 272) : “Piutang dagang adalah uang yang terhutang oleh pelanggan atas barang yang telah kita jual atau jasa yang telah kita berikan kepadanya”

4.4.2        Penggolongan Piutang
Menurut Zaki Baridwan di dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Intermediate mengenai penggolongan piutang adalah :
1.    Piutang Dagang
Piutang yang timbul dari penjualan barang-barang maupun jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
2.    Piutang Bukan Dagang
Piutang yang timbul bukan dari penjualannya suatu barang maupun suatu jasa. Yang termasuk piutang bukan dagang antara lain deposit sebagai jaminan penyediaan jasa atau pembayaran, piutang deviden maupun bunga, dan lain-lain.
3.    Piutang Penghasilan
Penggunaan dasar waktu dalam akuntansi menghasilkan adanya pengakuan terhadap penghasilan yang masih akan diterima. Penghasilan seperti itu diperoleh atas dasar waktu sehingga pada akhir periode dihitung berapa jumlah yang sudah menjadi pendapatan dan jumlah tersebut dicatat sebagai piutang penghasilan.

4.4.3        Klasifikasi Piutang
Piutang adalah adalah kewajiban pihak lain kepada perusahaan yang diakibatkan karena adanya transaksi penjualan kredit.
Menurut Warren, Reeve, Fess , klasifikasi piutang yaitu :
1.    Piutang Usaha (Account Receivable)
            Transaksi yang menciptakan adanya piutang adalah penjualan secara kredit. Piutang dicatat dengan mendebet akun piutang usaha. Piutang usaha semacam ini diperkirakan akan tertagih dalam waktu jangka pendek.
2.    Wesel Tagih (Notes Receivable)
            Wesel tagih adalah jumlah terutang bagi pelanggan, dimana pelanggan dimaksud telah menerbitkan surat utang formal kepada perusahaan. Promes atau wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari enam puluh hari.
3.    Piutang Lain-Lain (Other Receivable)
          Piutang lain-lain biasanya disajikan terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun, maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar. Piutang lain-lain meliputi piutang bunga, piutang pajak, piutang karyawan.

4.5  Kajian Penelitian Sejenis
            Analisis pengujian pengaruh variabel independen terhadap variable dependen telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti, yaitu :
No
Nama
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Alat Analisis
Hasil
1
2.          LISHA
Analisis Pengendalian Internal Atas Penjualan Kredit dan Pengaruhnya Terhadap Laporan Laba Rugi Pada CV. Jaya Makmur Diesel
1. Penjualan Kredit
2. Piutang Usaha
3. Pengendalian Internal
Questionaress
Berdasarkan pengisian ICQ dapat disimpulkan bahwa hasilnya menunjukkan pengendalian internal pada CV. Jaya Makmur Diesel berkategorikan baik dengan tingkat keefektifitasan 96%%

5.     Kerangka Konseptual
Pengendalian merupakan suatu bentuk kegiatan yang harus dilakukan oleh manajemen perusahaan yang berguna agar kegiatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan adanya pengendalian yang baik dalam perusahaan dan telah ditetapkan secara efektif dan efisien dengan faktor sumber daya manusia yang telah dipersiapkan. Berdasarkan fungsi dan proses pengendalian yang ada, pihak perusahaan dapat mengetahui gejala-gejala penyimpangan yang terjadi, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dan perbaikan sebelum hal tersebut menimbulkan kerugian yang membahayakan perusahaan. Pengendalian intern dilakukan untuk memberikan kepastian bahwa perencanaan telah dijalankan sesuai dengan yang dikehendaki, karena banyak usaha yang gagal disebabkan lemahnya pengendalian.

Dalam menganalisis sistem pengendalian intern pendapatan perlu memperhatikan sistem yang telah dipakai karyawan yang mengoperasikannya. Analisa terhadap sistem pengendalian intern pendapatan memang perlu dilakukan guna mengetahui apakah sistem pengendalian yang diterapkan oleh perusahaan telah dijalankan dengan baik atau apakah terdapat penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh karyawan dan apakah sistem yang diterapkan oleh perusahaan selama ini dapat dipertahankan atau perlu dilakukan perubahan agar penyimpangan dapat dihindari.

6.     Metode penelitian
6.1      Variabel  yang diteliti
Dalam pengumpulan data penelitian , data yang mendukung pembatasan skripsi yaitu data yang mendukung variable yang mempunyai pengaruh  terhadap judul  skripsi yaitu  :
            1.  Sistem Akuntansi
2.      Penjualan Kredit
3.      Piutang
4.      Pengendalian Intern

6.2    Teknik  Pengumpulan Data
6.2.1        Data Primer
Untuk mendapatkan data-data dan informasi yang berhubungan dengan masalah  yang akan dibahas  dalam skripsi  penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut
1.   Penelitian kepustakaan
    Penelitian kepustakaan merupakan  penelitian untuk memperoleh data   dari bahan bacaan  berupa buku, artikel,  yang diperoleh  dan di keluarkan  oleh perusahaan.
            2.  Penelitian lapangan
Penulis memperoleh data  yang berhubungan dengan perusahan yang   akan di teliti dengan cara wawancara yaitu melakukan tanya jawab dengan staf yang dianggap    mengetahui  masalah yang akan diteliti.
4.         Observasi 
Penulis mengadakan  pengamatan langsung  atas dokumen - dokumen dan laporan  serta kebijakan   yang berhubungan    dengan  masalah yang akan diteliti sebagai bagian penting dalam penyusunan karya tulis ini.

6.2.2        Data Sekunder
            Data sekunder , metode pengumpulan data yang dapat di peroleh dalam bentuk sudah jadi berupa publikasi  yang dapat menunjang kelengkapan penyusun  dengan cara mempelajari teori-teori , buku atau data lainnya  yang berhubungan dengan objek penelitia.




DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Warren, Carl S,; James M.Reeve; Philip E.Fess, 2008, Pengantar Akuntansi. Edisi 21, Buku Satu. Salemba Empat, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar