PROPOSAL
SKRIPSI
"Analisis Penerapan Sistem Akuntansi Penjualan Kredit dan Piutang Sebagai Alat Pengendalian Intern (Studi Kasus Access Distribution)"
Nama : Susi Lona Agustina
N.P.M : 26210757
Kelas : 4EB10
Jurusan / Jenjang : Akuntansi / S1
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
JAKARTA
2013
1.
Latar Belakang Masalah
Era globalisasi pada dewasa ini mengalami banyak
perubahan. Hal ini dapat dilihat dari tingginya tingkat persaingan suatu bisnis
atau suatu pasar. Berbagai upaya dilakukan perusahaan untuk tetap
mempertahankan usahanya dan untuk tetap bisa bersaing secara sehat di
tengah-tengah persaingan pasar yang semakin ketat.
Di dalam
mempertahankan usahanya, perusahaan mempunyai cara dengan meningkatkan
penjualan baik penjualan secara tunai maupun kredit. Di samping itu, perusahaan
juga perlu untuk melakukan pengawasan agar mengetahui tingkat kepatuhan dan pelaksanaan
tugas yang dijalankan.
Salah satu sumber
penerimaan kas suatu perusahan
adalah piutang sebagai salah satu cara penerimaan kas selain dengan
cara tunai. piutang harus di kelola dengan baik karena merupakan jaminan
kelangsungan hidup bagi perusahan .
Setiap perusahan yang menjalankan usahanya dengan cara penjualan
kredit akan menjumpai kendala dimana ditemukan beberapa customer yang tidak
memenuhi kewajibnnya untuk membayar
seluruh hutangnya.
Pengendalian intern
sangatlah dibutuhkan dalam sistem akuntansi penjualan krdit dan piutang karena
untuk mengurangi tingkat resiko kerugian yang akan dialami oleh perusahaan. Sistem pengendalian intern yang memadai seperti struktur organisasi yang memisahkan fungsional secara jelas ,
sistem prosedur dan pendelegasian wewenang untuk setiap bagian, praktek yang
sehat dan pegawai yang cakap seluruhnya dapat terwujud apabila sistem akuntansi penjualan didukung dengan sistem pengendalian intern
dapat dijalankan dengan baik sehingga dapat memperkecil resiko kerugian perusahaan.
Dari uraian tersebut di atas penulis mencoba untuk mendalami dan membahas topik tersebut
dengan judul “ Analisis Penerapan Sistem Akuntansi Penjualan Kredit Dan
Piutang Sebagai Alat Pengendalian Intern (Studi Kasus Access Distribution)”
2. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah
a.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, penulis akan merumuskan masalah – masalah yang akan dibahas tuntas
sebagai berikut :
1.
Bagaimana sistem akuntansi penjualan kredit dan piutang yang
diterapkan pada Access Distribution?
2.
Apakah penerapan sistem akuntansi
penjualan kredit dan piutang menunjang pelaksanaan pengendalian intern?
b. Batasan
Masalah
Agar batasan masalah tidak terlalu luas maka penulis membatasi masalah
sebagai berikut :
1.
Sistem Akuntansi
2.
Penjualan Kredit
3. Piutang
4. Pengendalian Intern
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui sistem akuntansi penjualan kredit dan piutang yang
diterapkan pada Access Distribution.
2.
Untuk
mengetahui seberapa efektif sistem
akuntansi penjualan kredit dan piutang bagi pengendalian intern.
4. Tinjauan Pustaka
4.1 Tinjauan Umum Tentang
Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
4.1.1
Definisi Sistem Informasi Akuntansi
Sistem adalah kelompok dari dua
atau lebih komponen atau subsistem, saling berhubungan yang memiliki
fungsi dengan tujuan yang sama.
Informasi adalah
keterangan/data yang dibutuhkan oleh suatu organisasi dimana data/keterangan
tersebut diolah sehingga berguna bagi penerima dan dapat digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan baik untuk keputusan saat ini maupun keputusan yang
akan datang.
Akuntansi adalah suatu seni
yang terdapat pencatatan transaksi, penggolongan, peringkasan, pengevaluasian,
dan penginterpretasian kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Sistem
akuntansi adalah organisasi, formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi
sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh
manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan. (Mulyadi, 2001 : 3)
Sedangkan
menurut (Zaki Baridwan, 1998 : 4), sistem informasi akuntansi adalah
organisasi, formulir, catatan, prosedur, maupun laporan yang dikoordinasikan untuk menyediakan
informasi keuangan bagi pihak yang membutuhkan informasi tersebut.
4.1.2
Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Akuntansi
Sistem
Informasi Akuntansi memiliki sebuah tujuan di dalam pengembangan nya antara
lain :
1.
Untuk menyediakan informasi yang
lebih akurat dan tepat waktu
2.
Untuk memperbaiki
informasi yang dihasilkan oleh sistem yang ada
3.
Untuk memperbaiki
pengendalian akuntansi dan pengecekan intern
4.
Untuk membantu
meningkatkan kualitas keputusan
4.2 Tinjauan Umum Tentang Sistem Pengendalian
Intern
4.2.1
Definisi
Sistem Pengendalian Intern
Standar Auditing Seksi 319 Pertimbangan
atas Pengendalian Intern dalam Audit Laporan Keuangan paragraph 06
mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris, manajemen, dan personel lain yang didesain untuk memberikan
keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:
1.
Keandalan
pelaporan keuangan
2.
Kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3.
Efektivitas
dan efisiensi operasi
Sedangkan menurut Baridwan
(1998 : 13), sistem pengendalian intern itu adalah “Meliputi struktur
organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang
digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik
perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan
efisiensi di dalam operasi dan membantu menjaga dipatuhinya kebijakan manajemen
yang telah ditetapkanlebih dahulu”
4.2.2
Tujuan
Sistem Pengendalian Intern
Tujuan pengendalian intern adalah untuk memberikan keyakinan
memadai dalam pencapaian tiga golongan tujuan (Mulyadi, 2002):
1. Keandalan
informasi keuangan
2. Kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku
3. Efektivitas
dan efisiensi operasi.
Karena tidak semua tujuan pengendalian intern tersebut relevan dengan
audit atas laporan keuangan, tanggung jawab auditor dalam mematuhi standar
pekerjaan lapangan kedua yang berbunyi:
”Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan”.
Oleh karena itu, auditor berkewajiban untuk memahami pengendalian intern
yang ditujukan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia.
4.2.3
Unsur-Unsur
Sistem Pengendalian Intern
Unsur
pokok dalam sistem pengendalian intern menurut Mulyadi (2001 : 165) meliputi :
1.
Struktur organisasi
yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian
tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan.
2.
Sistem wewenang dan
prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan,
utang, pendapatan, dan biaya.
Dalam sebuah organisasi, setiap
transaksi yang terjadi harus berdasarkan otorisasi pejabat yang memiliki
wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, suatu
organisasi harus dibuat suatu sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk
otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Selanjutnya, prosedur pencatatan
yang baik akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai
kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya suatu organisasi.
3.
Praktik yang sehat
dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.
Pembagian tanggung jawab
fungsional dan sistem wewenang prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak
akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan praktik yang sehat.
4.2.4
Keterbatasan Pengendalian Intern Suatu Entitas
Pengendalian intern suatu
perusahaan memiliki keterbatasan bawaan yang
melekat, Mulyadi (2002):
1. Kesalahan dalam pertimbangan
Seringkali manajemen dan
personel lain, dapat melakukan kesalahan dalam melakukan pertimbangan keputusan
bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin, karena tidak
memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain.
2. Gangguan lain dalam pengendalian yang telah
ditetapkan dapat terjadi
Karena personel secara keliru
memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian,
atau kelelahan. Perubahan yang bersifat sementara atau permanen dalam personel
atau dalam sistem dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan.
3. Kolusi
Tindakan yang dilakukan
bersama-sama oleh beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut dengan kolusi. Kolusi dapat mengakibatkan
bobolnya pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas
dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh
pengendalian intern yang dirancang.
4.
Pengabaian
oleh manajemen.
Manajemen dapat mengabaikan
kebijakan yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan
manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu.
Contohnya di sini manajemen melaporkan laba yang lebih tinggi dari jumlah yang
sebenarnya untuk mendapatkan bonus yang lebih tinggi bagi dirinya, atau untuk
menutupi ketidak patuhannya terhadap peraturan yang berlaku.
5.
Biaya
lawan manfaat.
Biaya diperlukan untuk
mengoperasikan pengendalian intern yang tidak boleh melebihi manfaat yang
diharapkan dari pengendalian intern tersebut. Karena pengukuran secara tepat
baik biaya maupun manfaat biasanya tidak mungkin dilakukan, manajemen harus
memperkirakan dan mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif dalam
mengevaluasi biaya dan manfaat pengendalian intern. Oleh karena itu, walaupun
pengendalian untuk suatu hal diperlukan namun, kadang-kadang tidak diterapkan
oleh perusahaan karena biaya penyelenggaraan atau pengorbanan tidak sepadan
dengan manfaatnya.
4.3 Tinjauan Umum Tentang Penjualan
4.3.1
Definisi
Penjualan
Menurut
Ikatan Akuntan Indonesia dalam
bukunya Standar Akutansi Keuangan ( 1994 : 232 ) adalah :
“ Penjualan biasanya menyangkut pelaksanaan tugas yang secara kontektual telah disepakati untuk
dilaksanakan selama suatu periode waktu yang telah disepakati bersama oleh
perusahaan “
Adapun pengertian penjualan menurut
Zaki Baridwan adalah : “Penjualan merupakan terjadinya suatu pertukaran barang
atau jasa dengan uang sebesar nilai kegunaan yang diberikan dari barang atau
jasa yang dilakukan produsen dengan konsumen”
4.3.2
Jenis-Jenis Penjualan
Dari
segi kegiataannya, penjualan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
1.
Penjualan Tunai
Penjualan
tunai adalah penjualan yang dilakukan oleh produsen dalam menjual barang dan
jasa yang dihasilkan kepada konsumen dimana pada saat itu juga konsumen
langsung membayar sesuai dengan harga yang telah disepakati.
2.
Penjualan Kredit
Penjualan
kredit adalah penjualan yang dilakukan oleh produsen dimana barang atau jasa
sudah diterima terlebih dahulu oleh konsumen dan pembayaran dilakukan di
kemudian hari.
4.4 Tinjauan Umum Tentang Piutang
4.4.1
Definisi
Piutang
Dalam usaha untuk meningkatkan
atau memperbesar volume tingkat penjualan, perusahaan lebih banyak menual
produknya secara kredit. Meskipun penjualan ini tidak langsung menambah
penerimaan kas namun biasanya harga barang maupun jasa lebih mahal dibandingkan
dengan penjualan secara tunai.
Menurut Bodnar dan Hopwood
(1996 : 272) : “Piutang dagang adalah uang yang terhutang oleh pelanggan atas
barang yang telah kita jual atau jasa yang telah kita berikan kepadanya”
4.4.2
Penggolongan Piutang
Menurut Zaki Baridwan di dalam
bukunya yang berjudul Akuntansi Intermediate mengenai penggolongan piutang
adalah :
1. Piutang
Dagang
Piutang yang timbul dari
penjualan barang-barang maupun jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.
2. Piutang
Bukan Dagang
Piutang yang timbul bukan dari
penjualannya suatu barang maupun suatu jasa. Yang termasuk piutang bukan dagang
antara lain deposit sebagai jaminan penyediaan jasa atau pembayaran, piutang
deviden maupun bunga, dan lain-lain.
3. Piutang
Penghasilan
Penggunaan dasar waktu dalam
akuntansi menghasilkan adanya pengakuan terhadap penghasilan yang masih akan
diterima. Penghasilan seperti itu diperoleh atas dasar waktu sehingga pada
akhir periode dihitung berapa jumlah yang sudah menjadi pendapatan dan jumlah
tersebut dicatat sebagai piutang penghasilan.
4.4.3
Klasifikasi Piutang
Piutang
adalah adalah kewajiban pihak lain kepada perusahaan yang diakibatkan karena
adanya transaksi penjualan kredit.
Menurut
Warren, Reeve, Fess , klasifikasi piutang yaitu :
1. Piutang
Usaha (Account Receivable)
Transaksi yang menciptakan adanya piutang adalah
penjualan secara kredit. Piutang dicatat dengan mendebet akun piutang usaha.
Piutang usaha semacam ini diperkirakan akan tertagih dalam waktu jangka pendek.
2. Wesel
Tagih (Notes Receivable)
Wesel tagih adalah jumlah terutang bagi pelanggan, dimana pelanggan dimaksud telah menerbitkan surat utang formal kepada perusahaan. Promes atau wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari enam puluh hari.
Wesel tagih adalah jumlah terutang bagi pelanggan, dimana pelanggan dimaksud telah menerbitkan surat utang formal kepada perusahaan. Promes atau wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari enam puluh hari.
3. Piutang
Lain-Lain (Other Receivable)
Piutang lain-lain biasanya disajikan
terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan tertagih dalam satu tahun,
maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya
lebih dari satu tahun, maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak
lancar. Piutang lain-lain meliputi piutang bunga, piutang pajak, piutang
karyawan.
4.5 Kajian Penelitian
Sejenis
Analisis pengujian pengaruh variabel
independen terhadap variable dependen telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa
peneliti, yaitu :
No
|
Nama
|
Judul Penelitian
|
Variabel Penelitian
|
Alat Analisis
|
Hasil
|
1
|
2.
LISHA
|
Analisis Pengendalian Internal Atas
Penjualan Kredit dan Pengaruhnya Terhadap Laporan Laba Rugi Pada CV. Jaya
Makmur Diesel
|
1. Penjualan Kredit
2. Piutang Usaha
3. Pengendalian Internal
|
Questionaress
|
Berdasarkan pengisian ICQ dapat disimpulkan bahwa
hasilnya menunjukkan pengendalian internal pada CV. Jaya Makmur Diesel berkategorikan
baik dengan tingkat keefektifitasan 96%%
|
5.
Kerangka Konseptual
Pengendalian merupakan suatu bentuk
kegiatan yang harus dilakukan oleh manajemen perusahaan yang berguna agar
kegiatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan adanya
pengendalian yang baik dalam perusahaan dan telah ditetapkan secara efektif dan
efisien dengan faktor sumber daya manusia yang telah dipersiapkan. Berdasarkan
fungsi dan proses pengendalian yang ada, pihak perusahaan dapat mengetahui
gejala-gejala penyimpangan yang terjadi, sehingga dapat dilakukan tindakan
pencegahan dan perbaikan sebelum hal tersebut menimbulkan kerugian yang
membahayakan perusahaan. Pengendalian intern dilakukan untuk memberikan
kepastian bahwa perencanaan telah dijalankan sesuai dengan yang dikehendaki,
karena banyak usaha yang gagal disebabkan lemahnya pengendalian.
Dalam menganalisis sistem
pengendalian intern pendapatan perlu memperhatikan sistem yang telah dipakai
karyawan yang mengoperasikannya. Analisa terhadap sistem pengendalian intern
pendapatan memang perlu dilakukan guna mengetahui apakah sistem pengendalian
yang diterapkan oleh perusahaan telah dijalankan dengan baik atau apakah
terdapat penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh karyawan dan apakah
sistem yang diterapkan oleh perusahaan
selama ini dapat dipertahankan atau perlu dilakukan perubahan agar penyimpangan
dapat dihindari.
6.
Metode penelitian
6.1
Variabel
yang diteliti
Dalam pengumpulan data
penelitian , data yang mendukung pembatasan skripsi yaitu data yang mendukung
variable yang mempunyai pengaruh
terhadap judul skripsi yaitu :
1.
Sistem Akuntansi
2. Penjualan Kredit
3. Piutang
4. Pengendalian Intern
6.2
Teknik
Pengumpulan Data
6.2.1
Data
Primer
Untuk mendapatkan data-data
dan informasi yang berhubungan dengan masalah
yang akan dibahas dalam
skripsi penulis melakukan langkah-langkah
sebagai berikut
1. Penelitian kepustakaan
Penelitian kepustakaan merupakan penelitian untuk memperoleh data dari bahan bacaan berupa buku, artikel, yang diperoleh dan di keluarkan oleh perusahaan.
2.
Penelitian lapangan
Penulis memperoleh data yang berhubungan dengan perusahan yang akan di teliti dengan cara wawancara yaitu
melakukan tanya jawab dengan staf yang dianggap mengetahui
masalah yang akan diteliti.
4.
Observasi
Penulis mengadakan pengamatan langsung atas dokumen - dokumen dan laporan serta kebijakan yang berhubungan dengan
masalah yang akan diteliti sebagai bagian penting dalam penyusunan karya
tulis ini.
6.2.2
Data
Sekunder
Data sekunder , metode pengumpulan data yang dapat di peroleh dalam
bentuk sudah jadi berupa publikasi yang
dapat menunjang kelengkapan penyusun
dengan cara mempelajari teori-teori , buku atau data lainnya yang berhubungan dengan objek penelitia.
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan
Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
Mulyadi, 2001. Sistem
Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Warren,
Carl S,; James M.Reeve; Philip E.Fess, 2008, Pengantar Akuntansi. Edisi 21, Buku Satu. Salemba Empat, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar