Senin, 31 Desember 2012

Kunjungan Kerja DPR ke Luar Negri yang menjadi sorotan

         Anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI kerap mengagendakan kunjungan kerja (Kunker) ke luar negeri sebagai alat menambah informasi dan pengetahuan skill mereka. Alih-alih menambah pengetahuan, mereka lantas disoroti publik mengenai biaya, agenda kerja, dan hasil yang mereka peroleh. Berbicara hasil, kunker anggota DPR bisa dibilang tak memuaskan. Hal itu menjadi sorotan Direktur Eksekutif Indonesia Budget Centre, Arif Nur Alam. Menurutnya, hasil kunker ke luar negeri ini hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Arif mencontohkan saat anggota DPR RI yang kunker ke Afrika Selatan dalam rangka studi soal pramuka. "Nyatanya laporan yang didapat sama seperti di website Afrika Selatan. Lebih baik jalan ke warnet lalu print isi dari website itu," ujar Arif saat diskusi Polemik bertajuk 'Studi Sapi ke Luar Negeri' di Warung Daun Cikini, Jakarta, Sabtu (15/12).

       Arif menambahkan, hasrat atau libido anggota DPR RI yang ingin kunker ini sangat tinggi. Akibatnya, fraksi yang menaungi mereka di Senayan pun tak bisa berbuat banyak untuk menekan libido tersebut.

"Bahkan, fraksi tidak bisa menahan libido anggotanya untuk kunjungan kerja," tuturnya.

Untuk membendung hasrat demikian, imbuh Arif, memang ada upayanya. Misalkan moratorium kunker yang diberlakukan. Namun sayang hal itu untuk melakukan moratorium kunjungan kerja ke luar negeri sampai saat ini tidak bermakna sama sekali. Jika saja anggota DPR konsisten untuk menekan hasrat tersebut, mereka tentu akan selektif dan ketat aturan. Misalnya melihat dari segi obyek yang menjadi kunker apakah cukup urgent, genting atau tidak. Selain itu, bahan dari studi banding itu pun harus komprehensif.

sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar